Senin, 10 Juni 2013

Menyandang Gelar ODHA



Kita hidup sebenernya untuk mati kan? Yahh.. mati adalah akhir dari sebuah kehidupan. Kita ngga tau kapan kita mati, semua itu adalah rahasia Tuhan. Jangan takut sama mati. Karena semua makhluk hidup, bukan cuma manusia, pasti akan mati. Tapi, untuk menyadari akan hal itu, Tuhan punya caranya, Tuhan punya sesuatu yang siap menyadarkan kita.

11 Maret 2013, di hari itu Tuhan melepaskan senjata terakhirnya. Senjata yang bukan cuma mematikan, tapi merubah seluruh unsur yang membangun tubuhku, baik itu raga dan jiwaku. Tuhan, dengan jalan dan kuasanya memberiku sebuah gelar. Gelar itu adalah sebuah tanda kelulusan menuju maut. Aku akan mati.....

Ya, aku sadar aku akan mati. Sebuah lembaran laporan hasil pemeriksaan laboratoriumku, yang menyatakan bahwa di dalam sel darahku sudah memproduksi ‘tentara-tentara’ yang berfungsi melawan virus yang sangat mematikan masih berada di genggamanku. Aku ngga tau harus gimana, ngga bisa berpikir, ngga ngerti mau ngelakuin apa, yang aku bisa cuma tersenyum melihat kata ‘reactive’ di lembaran itu.

Tuhan, inikah senjata kuasaMu yang akhirnya tepat sasaran mengenaiku? Apakah aku bisa mengelak dengan semua ini? Ngga bisa kan?

Satu hal yang terbersit pertama kali dalam hatiku ketika aku baca lembaran itu adalah: semua manusia akan mati, termasuk juga aku. Dan aku mulai bertanya di dalam hati: apa yang harus aku takutkan? Takut mati? Mungkin....tapi sekali lagi, kita pasti mati kan?

Hari itu adalah hari ‘kelulusanku’, aku dinyatakan lulus oleh Tuhan sebagai manusia yang terpilih untuk terus melanjutkan perjuangan menjadi manusia yang baik. Dan dengan kelulusanku itu, aku berhak menyandang gelar sebagai ODHA, Orang Dengan HIV/AIDS.

Mungkin aku termasuk lulusan yang paling beruntung, diantara penyandang gelar ODHA yang lain. Kenapa bisa begitu? Aku ngga melalui ‘ujian skripsi’, jadi aku dengan mudahnya bisa lulus. Pake jalur percepatan kali ya... hehehe. Aku tau, mungkin diantara kamu bertanya-tanya kenapa ada jalur percepatan? Yup, aku ngga merasakan apa yang dinamakan gejala-gejala penurunan imunitas ketika aku tau HIV hinggap di tubuhku. Biar lebih jelas, kamu bisa ‘searching’ di Mbah Google deh...hehehe.sekalian donk, buat nambah pengetahuan soal HIV/AIDS, biar ga PARNO!!!!

Secara fisik dan mental, aku bener-bener sehat. Kamu ngga percaya? Dengan wajahku yang cakep (ciee...narsis dikit gak apa-apa ya), badan sehat dengan tinggi 170 cm dan berat 75 kg, coba deh kamu bayangin...kelihatan sehat kan? Sehat banget..tapi sehat di luar, di dalam pasti kamu tahu sendiri kan... Aku bisa mengkondisikan tubuhku yang kelihatan sehat ini, untuk menutupi semua yang ada di dalamnya. Ibarat ‘junk food’ atau ‘fast food’ atau apalah semacam itu, kamu tahu sendiri kan? Dari luar bener-bener menggoda selera makan, tapi coba deh kamu teliti lagi, makanan kaya’ gitu isinya cuma ‘sampah’, sampah yang mempercepat kehancuran tubuh kita. Sekali lagi, kamu ‘searching’ di Mbah Google ya, soal bahaya makanan cepat saji... hehehe

Stigma ketakutan masyarakat soal HIV di Indonesia emang sangat-sangat kuat. Apalagi dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki tentang penyakit ini. Zaman sekarang, akses untuk tahu tentang segala hal, sangat-sangat mudah bro! (sekali lagi, hidup Mbah Google!). Banyak sekali masyarakat di luar sana yang parno dengan kita, penyandang ODHA. Kenapa? Jawabannya adalah karena mereka egois. Teman, aku bisa mengatakan itu bukan berarti aku ngga egois, tapi coba kamu pikir, kamu pikir baik-baik deh... kamu juga bisa berpeluang untuk mendapatkan gelar yang sama dengan aku kan? Jangan jawab ngga!

Aku sadar, di dalam hati kecilku yang paling dalam, aku masih belum bisa menerima dengan semua kedaaanku. Aku sadar, susah sekali mendapatkan teman yang bisa menerima kekuranganku ini. Aku sadar, kehidupanku mungkin akan jauh lebih singkat daripada kamu yang masih sehat. Aku sadar, dengan segala ke-egois-an dan segala kesombongan yang aku miliki, aku butuh TEMAN.

Ketika aku tau dan sadar, ternyata Tuhan memberikan jawaban yang aku butuhkan. Dia ingin aku berbuat baik, Dia ingin aku menjadi manusia yang bisa berubah lebih baik lagi, dan Dia ingin aku selalu mengingat-Nya, di saat aku susah maupun senang. Teman, aku tahu ini sulit, tapi Tuhan masih memberikan kesempatan kedua buatku....keep struggle bro!

Cahaya itu sepertinya masih selalu menerangi kehidupan seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Aku harus bisa menerima gelar ini dengan kepala tegak, namun hati tetap tegar bahwa perjuangan hidupku harus terus berjalan. Kamu tau ngga, apa yang pertama kali ada di pikiranku waktu aku sadar bahwa aku masih harus berjuang? Apa yang ada di pikiranku bukan semata-mata sebuah khayalan yang ngga mungkin akan terjadi, tapi aku yakin Teman, aku pasti bisa SEMBUH.